ACARA
VII
LETTERING
DAN TATA LETAK PETA
I.
TUJUAN
Melatih
praktikan untuk dapat merancang tata letak (layout) dan menempatkan nama-nama
geografi dalah suatu peta sesuai dengan komposisi yang benar.
II.
ALAT
DAN BAHAN
1. Peta
kepulauan yang dipilih
sebagai guide map beserta nama-nama geografi.
2. Pensil warna
3. Alat tulis
4. Kalkir
III.
DASAR
TEORI
Layout
atau tata letak adalah menyusun atau megatur informasi tepi (marginal
information) peta supaya posisi masing-masing elemen secara bersama-sama nampak
harmonis. Informasi tepi peta meliputi : judul, skala peta, bingkai, nomer seri
peta dan inset.
Semua
informasi yang akan dimasukkan kedalam peta perlu dipertimbangkan terlebih
dahulu bagian kosong dari lembar peta. Sehingga akan didapatkan hasil peta yang
lebih menarik, dan seimbang. Komposisi peta tergantung pada ruangan yang ada
pada peta dan juga seni dari si pembuat peta.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam layout peta :
1. Judul
Peta
Menunjukkan
daerah yang digambarkan dalam waktu tertentu atau disebut pula jenis petanya.
Misal : peta migrasi penduduk Jawa tahun 1984.
Judul
dapat diletakkan di sebelah kanan atas, kiri atau tengah atas dari peta,
tergantung pada komposisi peta.
Tulisan
judul peta lebih menyolok dari pada nama daerah penelitian lainnya, sehingga
pembaca peta dapat dengan mudah dan jelas mengerti judul peta tersebut. Ukuran
huruf antara tema, daerah penelitian dan skala tidak sama dan ukuran huruf
disesuaikan dengan ukuran peta.
Dibawah
judul biasanya disertakan skala peta baik skala numeris maupun skala grafis.
Tulisan skala lebih kecil dari tema dan daerah penelitian.
2.
Orientasi
Biasanya
diletakkan ditempat yang kosong dan dibuat kira-kira tegak lurus ke atas tepat
dibawah judul. Sebenarnya posisi orientasi ini tidak harus dibawah judul,
tetapi tergantung dari posisi peta dan ruang yang memungkinkan sehingga
memberikan kesan yang menarik dan harmonis. Bila telah ada grid-gridnya, maka
panah Utara tidak perlu.
3. Legenda
Legenda
ini merupakan kunci peta, sehingga harus mengandung keterangan simbol-simbol
yang dipergunakan baik symbol titik, garis maupun area. Disamping itu arti
singkatan didalam peta harus dicantumkan pula. Legenda diletakkan didalam garis
tepi peta dibagian kanan atau kiri bawah.
4. Graticule
(letak lintang-bujur)
Angka
ditulis dengan garis tepi antara garis tepi luar dan dalam. Tanda-tanda
koordinat graticule ditambahkan dengan garis-garis pendek memotong peta inset.
5. Pencatatan
Sumber
Biasanya
diletakkan didalam bingkai dibagian kanan bawah dengan menyebutkan nama sumber.
6. Garis
Tepi
Peta
dibatasi dengan kerangka yang geas, garis tidak terlalu tipis, bentuk empat
persegi panjang yang terdiri dari dua buah garis yang sejajar, lebar kurang
lebih ¼ inchi.
7. Penyusunan/
Penggambaran Peta
Untuk
menunjukkan siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan peta harus ditulis
nama penyusun/penggambar peta berikut tahun pembuatannya. Ditulis disebelah
luar bingkai peta.
8. Nomor
Seri
Ditulis dibagian atas
diluar bingkai peta.
9. Inset
Apabila
diperlukan dapat dibuat inset (peta yang letaknya tersendiri). Diletakkan
dibagian bawah kanan dari legenda. Inset ini dapat menunjukkan :
-
Suatu bagian peta pokok
yang dianggap penting, diperbesar skalanya.
-
Lokasi daerah yang
dipetakan terhadap daerah lain dalam peta pokok, dapat digambarkan suatu inset
yang berskala kecil.
-
Bagian lain dari peta
pokok karena ruangnya kurang atau menghemat ruangan, maka dipindahkan ke dalam
bagian tersendiri yaitu pada inset dengan skala yang sama.
1. Latering
Latering
bukan merupakan unsur yang dipetakan, melainkan sebagai tambahan untuk
memberikan identitas obyek yang dipetakan. Pada pekerjaan lettering suatu peta
diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang cermat dari seorang kartografer,
karena akan mempengaruhi kenampakkan suatu peta. Kesalahan karena lettering
akan menyebabkan peta tidak enak dipandang, sulit dibaca/dimengerti dan nampak
padat dengan huruf-huruf. Untuk menghindari masalah, telah dibuat aturan-aturan
penempatan beserta beserta tipe huruf yang digunakan dalam mewakili suatu
kenampakkan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan lettering
suatu peta adalah :
1. Corak/macam
dari huruf
2. Bentuk
huruf
3. Ukuran
huruf
4. Kontras
antara huruf dengan latar belakang
5. Metode
lettering
6. Penempatan
nama
7. Hubungan
antara lattering dengan reproduksinya.
Tipe huruf yang sering digunakan dalam
pembuatan peta antara lain adalah :
1. Roman,
yaitu tegak, tebal tipis, bersirip, biasanya digunakan untuk man made feature.
2. Italic,
yaitu miring, tebal tipis, bersirip, biasanya untuk hydrographic (tubuh air).
3. Gothic,
yaitu tegak, sama tebal, tanpa sirip biasanya untuk kenampakan relief (lembah,
gunung).
4. Gothic-
Italic, yaitu miring, sama tebal, tanpa sirip biasa digunakan untuk jaringan
perhubungan atau komunikasi (telepon, dan sebagainya).
2. Penempatan
Nama
Penempatan
nama sering merupakan pekerjaan yang sukar, terutama untuk peta yang padat
dengan nama-nama. Maksud dari aturan-aturan penempatan nama ialah agar mudah
dibaca dan tidak membingungkan bagi si pemakai peta, nama-nama mana yang
diwakilinya.
a. Nama-nama
dalam suatu lembar peta harus teratur susunannya. Harus sejajar dengan tepi
bawah peta (untuk peta berskala besar) atau sejajar dengan garis parallel/grid
(untuk peta skala kecil). Apabila hal diatas tidak dapat dipenuhi, maka
nama-nama harus ditulis atau ditempatkan dari bawah keatas untuk nama-nama di
bagian kiri peta dan dari atas kebawah untuk nama-nama di bagian kanan peta.
Hal ini berlaku juga bagi nama-nama yang sejajar dengan meridian.
b. Nama-nama
dapat memberi keterangan dari unsur-unsur berbentuk titik, garis dan
luasan/area.
-
Nama untuk unsur titik
(misalnya kota, gunung dan sebagainya) sebaiknya diletakkan disamping kanan
agak ke atas dari unsur tersebut.
-
Nama untuk unsur yang
berbentuk memanjang (misalnya sungai, pantai, batas dan sebagainya) sebaiknya
diletakkan sejajar unsur tersebut. Apabila cukup lebar, nama diletakkan di
dalam (misalnya sungai yang lebar). Untuk sungai yang berupa garis sebaiknya
ditempatkan sedikit di atas obyeknya (misalnya 0,5 mm). Nama-nama untuk unsur
yang memanjang sebaiknya diulang pada jarak tertentu.
-
Nama unsur luasan/area
(missal Negara, pegunungan, dan sebagainya) sebaiknya ditempatkan memanjang
sehingga menempati ⅔ dari panjang daerah. Penempatan dari huruf-huruf sedapat
mungkin menunjukkan karakteristik dari bentuk daerah itu.
c.
Nama-nama harus terletak
bebas satu sama lain. Dan sedapat mungkin tidak tergantung oleh simbol-simbol
lainnya. Nama-nama tidak boleh saling berpotongan, kecuali ada nama yang letak
huruf-hurufnya melengkung, lengkungannya harus teratur dan tidak boleh terlalu
tajam lengkungannya.
d. Dalam
hal ini banyak nama yang terpusat di suatu daerah, harus diatur sedemikian rupa
sehingga terlihar distribusi nama-nama di tempat itu tidak terlalu padat
disbanding dengan daerah lain dipeta. Tetapi harus dijaga jangan sampai ada
keraguan unsur-unsur mana yang diwakili oleh nama-nama tersebut.
e. Angka
ketinggian dari garis kontur ditempatkan di celah-celah tiap kontur dan
penempatannya harus sedemikian rupa sehingga tiap angka ada arah mendaki
lereng. Penyimpangan dari aturan ini boleh dilakukan apabila terjadi
angka-angka menjadi terbaik dari arah pembaca peta, hingga sulit untuk dibaca.
f.
Pemilihan (jenis) huruf
tergantung sepenuhnya pada perencana (kartografer) sendiri. Akan tetapi
jenis-jenis huruf haruslah fit pada keseluruhan isi peta. Ada beberapa aturan
mengenai pemakaian jenis huruf ini, misalnya huruf-huruf tegak lurus untuk
nama-nama unsure buatan manusia (kota, jalan dan lain-lain), serta huruf miring
untuk nama-nama unsur alam (sungai, danau dan lain-lain). Tetapi pemilihan
jenis huruf diserahkan sepenuhnya pada kartografer.
IV.
INTRUKSI
:
1. Di
hadapan saudara telah tersedia peta Pulau Sumatera yang belum diberi keterangan
apapun.
2. Salinlah
peta tersebut pada kertas blad (kalkir).
3. Berikan
keterangan semua unsur yang dipetakan (kota, sungai, pulau, selat, samudera,
laut dan sebagainya) sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan.
4. Berikan
informasi tepi (judul, skala, orientasi, legenda, nama penyusun dan sebagainya)
dengan susunan yang seimbang sesuai dengan ruang yang ada.
Catatan :
Gunakan
sablon apabila memungkinkan
V.
HASIL PRAKTIKUM (terlampir)
VI.
PEMBAHASAN
Tata letak adalah menyusun atau mengatur informasi peta supaya posisi
masing masing elemen secara bersama sama nampak harmonis.
Lattering, bukan
merupakan unsur yang dipetakan melainkan tambahan identitas obyek yang
dipetakan.
Penulisan nama provinsi menguunakan tulisan dengan ukuran yang besar.
Sedangkan untuk daereah kabupaten penulisannya menggunakan huruf yang lebih
kecil. Peta Provinsi Jawa Tengah penulisan nama kabupaten ditulis dengan huruf
yang agak besar, sedangkan pusat kabupaten ditulis dengan huruf yang lebih
kecil. Penulisan nama sungai ditulis dengan huruf berwarna biru dan tulisan
mengikuti arah sungai. Penulisan nama gunung dan ketinggian gunung, warna huruf merah apabila gunung tersebut merupakan
gunung aktif, sedangkan huruf berwarna hitam menunjukkan gunung yang tidak
aktif. Warna orange pada peta menunjukkan ketinggian diatas 2000 m, sedangkan
warna hijau menunjukkan ketinggian 0-200m.
Simbol peta, antara lain gunung dilambangkan dengan simbol segitiga, warna
merah untuk gunung aktif dan hitam untuk gunung api tidak aktif. Simbol pusat
kabupaten dilambangkan dengan titik berwarna hitam, sungai dilambangkan dengan
garis yang berwarna biru.
VII.
KESIMPULAN
1. Sebelum membaca peta hendaklah memahami unsur-unsur dan
simbol peta.
2. Setiap peta harus mengandung unsur-unsur peta, dan
terdapat simbol-simbol peta.
ACARA
VIII
MEMBACA
PETA
I.
TUJUAN
Memberikan keterampilan kepada praktikan untuk
membaca (khususnya peta topografi) dan mengenal adanya aspek generalisasi.
II.
ALAT
DAN BAHAN
1. Guid map
2. Alat tulis
3. Kalkir
III.
DASAR
TEORI
Membaca peta dapat diartikan sebagai usaha
mempelajari atau mengetahui kenampakan-kenampakan dipermukaan bumi dengan melalui
peta. Terutama melalui simbol-simbol dan juga legenda yang ada pada peta.
Membaca peta biasanya selalu diikuti dengan menafsir peta, yang merupakan
kegiatan yang berurutan setelah membaca peta.
Menafsir peta merupakan usaha lebih lanjut
dari membaca peta, yaitu berdasarkan kemampuan-kemampuan yang dibaca pada peta,
dianalisa satu persatu maupun dalam hubungannya dengan yang lain untuk kemudian
digali kenampakan-kenampakan yang mungkin atau yang paling mungkin.
Untuk
dapat membaca dan menafsir peta dengan baik maka yang harus dimiliki adalah :
1. Kemampuan
membayangkan (imagination).
2. Ketajaman
menganalisa (a keen sence of analysis),
dapat menganalisa setiap kenampakan yang ada pada peta baik secara
sendiri-sendiri maupun secara keseluruhan.
3. Latihan
yang teratur (reguler training)
kecuali latihan dalam ruangan (laboratorium) juga harus berani keluar
(lapangan) untuk mengecek kebenaran pembaca atau interpretasi.
4. Pengetahuan
secara umum, karena peta memuat berbagai kemampuan dan pembacaan peta harus
sesuai dengan maksud tertentu. Maka kita harus sering memperlihatkan berbagai
ilmu terutama dalam kaitannya dengan peta dan pengetahuan umum.
Kesalahan-kesalahan
yang mungkin timbul dalam membaca dan menafsir peta antara lain :
·
Kurang mengenal proyeksi
peta.
·
Pembaca peta berbuat
adalah dalam pembacaannya.
·
Kurangnya pengertian
mengenai persoalan dan salah satu menggunakan metode pembacaan.
·
Peta yang dibaca dapat
dipercaya atau peta tersebut sudah tidak sesuai lagi.
·
Jarak yang mendatar yang
dikira jarak sebenarnya.
Sebelum
membaca suatu peta kita harus memperhatikan faktor-faktor yang terdapat dalam
suatu petayaitu :
1. Judul
Peta
Judul
peta ini menunjukkan daerah mana yang digambarkan oleh peta itu. Diperhatikan
pula induk petanya, misalnya : induk peta Jawa dan Madura.
2. Tipe
peta
Dibuat
atas dasar kepentingan dan penunjukkan peta, misalnya: peta geologi, topografi
dan lain-lain.
3. Indeks
Peta
Menunjukkan
system pemberian nomer pada tiap lembaran peta, sehingga dengan demikian dapat
diketahui lokasi peta yang kita amati terhadap daerah sekitarnya.
4. Sumber
Peta
Perlu
dilihat apkah pembuat peta itu merupakan lembaga atau yang lain yang mempunyai
kompetensi dalam hal perpetaan. Dari mana sumber diperoleh (dalam melakukan
pengukuran-pengukuran ditambah dari pemotretan dari udara).
5. Tahun
Pembuatan Peta
Peta
menggambarkan keadaan medan, baik yang alami maupun yang buatan manusia, yang
keduanya banyak mengalami perubahan.
6. Proyeksi
Peta
Cara-cara
penggambaran dengan kesalahan yang sekecil-kecilnya dari permukaan bumi yang
berbentuk bola ke dalam bidang datar, yang meliputi kesalahan arah, luas jarak
maupun bentuk.
7. Skala
Peta
Erat
berhubungan dengan maksud pembacaan, yaitu peta yang berskala besar akan
menyajikan keterangan yang detail, sedangkan peta yang berskala kecil akan
mempu menyajikan keterangan secara menyeluruh (umum) sesuai dengan maksud
tertentu sehingga hanya penting saja yang dicantumkan (kurang mendetail).
8. Orientasi
Tidak
selamanya peta berorientasi atau (utara disebelah atas), sesuai dengan
kepentingannya kadang peta juga bisa berorientasi kearah yang lain.
9. Administrative
Indeks
Untuk
mengetahui pembagian daerah administrative daerah yang kita amati, perlu
dilihat administrative indeknya dibagian kiri luar bagian bawah.
10. Legenda
Legenda harus dipelajari,
sebelum membaca peta dan isinya, agar diketahui keterangan mengenai
simbo-simbol yang dipergunakan.
Informasi
tepi (marginal information) dibedakan
atas :
·
Informasi wajib
Terdiri dari judul, nomer seri, nomer
lembar, keterangan penerbitan, panel dan identifikasi.
·
Informasi tambahan
Terdiri dari: diagram komplikasi dan
daftar nama yang tercantum dalam peta.
·
Informasi pada batas
Terdiri dari: koordinat geografis, harga
graticul, dan keterangan arah yang dituju.
Informasi tepi secara sistematis adalah:
8 2 9 10 1. garis
tepi (neet line)
2. Tepi atas
3. Tepi bawah
4 4. Tepi kiri
1 5. Tepi
kanan
5 6. Batas (bourde)
7.Garis
batas luar
3 7 6 8. Garis batas
9. Judul peta
10.
Nomer sheet peta
Didalam pembuatan peta perlu
disertakan simbol-simbol agar peta dapat dibaca. Symbol adalah alat yang
berfunngsi untuk menggambarkan keadaan medan dan letaknya dalam peta. Simbol
yang baik adalah yang dikenal dengan mudah dan juga mudah dibaca.
Menurut
artinya symbol dapat dibedakan menjadi:
1. Simbol
kualitatif
Menyatakan
identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur, jadi dihubungkan dengan
kualitas unsur yang diwakilinya. Symbol ini tidak menyajikan jumlah (besarnya), tetapi henya merupakan symbol
yang berhubungan dengan kualitas dari unsur yang diwakili, simbol ini dapat
berupa simbol titik, garis dan area.
2. Simbol
kuantitatif
Menyatakan
identitas keadaan asli dari daerah yang diwakilinya juga menunjukkan berapa
besar, jumlah atau banyaknya unsur
tersebut, symbol ini dapat berupa titik, garis ataupun area.
IV.
INTRUKSI
1. Amatilah
peta topografi yang saudara hadapi dengan seksama
2. Kelompokkan
informasi yang disajikan pada peta tersebut (dengan melihat legenda peta),
menjadi tiga kelompok (titik, garis, dan area/wilayah). Berikan contoh (minimal
5), kenampakkan-kenampakkan apa yang diwakili oleh ketiga symbol tersebut.
3. Bagaimana
sistem penomeran pada peta saudara gunakan, buatlah sambungan nomer peta yang
saudara hadapi (tiga sheet kearah utara, barat, selatan, dan timur)
4. Plotkan
titik A (kira-kira di tengah-tengah muka peta), selanjutnya tentukan posisi
horizontal dan vertikalnya.
5. Amatilah
deklinasi arah utar (pada keterangan deklinasi), apakah arti angka tersebut.
6. Amatilah
indeks administrasi, ada berapa wilayah administrasi yang tergambar pada peta
tersebut.
V.
HASIL PRAKTIKUM (Terlampir)
VI.
PEMBAHASAN
Membaca peta
adalah mempelajari kenampakan yang ada dipermukaan bumi melalui peta. Agar
dapat membaca peta dengan baik dan benar harus memiliki kemampuan membayangkan,
ketajaman menganalisa latihan yang teratur dan pengetahuan secara umum.
Kesalahan yang biasanya terjadi ketika membaca peta kurangnya engertian
mengenai persoalan dan penggunaan metode pembacaan dan lain-lain. Yang harus
diperhatikan pada saat membaca peta adalah;
·
Judul peta
·
Indeks peta
·
Sumber peta
·
Tahun pembuatan peta
·
Proyeksi peta
·
Skala peta
·
Orientasi
·
Administrative indeks
dan legenda peta
VII.
KESIMPULAN
1.
Untuk membaca peta
diperlukan kemampuan untuk menganalisa simbol peta.
2.
Mampu memahami kenampakan
–kenampakan peta dengan melihat simbol-simbol dan legenda peta.
3.
Setiap bagian pada
peta memiliki fungsi yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar