Jumat, 17 Februari 2017

Laporan Praktikum Kartografi Dasar acara III-IV Fakultas Geografi



ACARA III
PROYEKSI PETA DAN PENGUKURAN DISTORSI

I.                   TUJUAN
Memberikan keterampilan kepada praktikan agar dapat menggambarkan konstruksi proyeksi silinder, kerucut dan azimuth.


II.                ALAT DAN BAHAN
1.      Globe
2.      Milimeter blok
3.      Jangka
4.      Busur
5.      Alat tulis

III.               DASAR TEORI
Untuk memindahkan bidang lengkung ke bidang datar tidak mungkin dilakukan tanpa kesalahan. Berdasarkan hal ini maka dicari cara-cara untuk memindahkan bidang lengkung tersebut ke bidang datar dengan kesalahan yang sekecil-kecilnya. Cara-cara inilah yang disebut dengan proyeksi peta.
Menurut Erwin Raisz, proyeksi peta adalah sistimpararel dan meridian untuk menggambarkan peta. Sedangkan menurut Steers, proyeksi peta adalah cara menggambarkan garis-garis pararel dan meridian dari globe ke kertas datar. Walaupun sangat sukar untuk membuat peta yang tepat dari bagian bola dunia, tetapi bukan berarti sukar untuk menentukan kualitas dari proyeksi yang digunakan
Kualitas dari proyeksi tergantung pada
Luas daerahnya
-          Bentuk daerahnya
-          Skala yang digunakan
-          Hubungan satu dengan yang lain
-          Mudahnya menggambarkan
Proyeksi peta dapat digolongkan menjadi beberapa dasar yaitu :
1.      Berdasarkan garis karakteristik, dibedakan adanya 3 macam proyeksi yaitu :
a.       Proyeksi normal, dimana garis karakteristik berimpit dengan sumbu bumi.
b.      Proyeksi transversal, garis karakteristik tegak lurus pada sumbu bumi.
c.       Proyeksi oblique, (miring), garis karakteristik membentuk sudut lancip dengan sumbu bumi.
2.      Berdasarkan kesalahannya
Dengan mengabaikan unsur-unsur lainnya kita dapat mempertahankan kebenaran dari salah satu segi, dalam hal ini dibedakan :
a.       Proyeksi equivalent, luasnya tetap benar, artinya luas bagian-bagian dari peta itu sama dengan luas bagian-bagian tersebut pada globe dengan skala yang sama.
b.      Proyeksi equidistant, proyeksi yang jaraknya tetap, artinya pada jarak dengan arah tertentu pada peta sama dengan jarak itu pada globe dengan skala yang sama.
c.       Proyeksi conform, proyeksi yang bentuknya tetap artinya bentuk pada peta sama dengan bentuknya di globe dengan skala yang sama. Tetapi harus diingat bahwa bentuk yang tetap ini hanya mungkin untuk luas yang terbatas saja. Syarat-syaratnya ialah :
-          Paralel dan meridian saling tegak lurus.
-          Skala ke segala arah pada setiap titik harus sama, tetapi skala dari titik yang satu ke titik yang lain boleh berbeda.
-          Perbandingan unsur parallel dan meridian tetap.
3.      Berdasarkan konstruksinya
a.       Proyeksi perspektif, proyeksi yang kontruksinya memang bersifat mathematis, jadi sama dengan proyeksi dalam artian umumnya.
b.      Proyeksi non perspektif, adalah proyeksi yang tidak bersifat perspektif tetapi menggunakan modifikasi dari proyeksi perspektif. Ini biasanya dibuat untuk praktisnya saja.
4.      Berdasarkan bidang proyeksi
a.       Proyeksi Zenithal atau Azimuthal
Bidang proyeksi berupa bidang datar yang menyinggung bola pada kutub, equator atau disembarang tempat.
b.      Proyeksi Silinder
Pada proyeksi ini semua parallel merupakan garis lurus horizontal dan semua meridian berupa garis lurus vertical. Karena itu semua proyeksi-proyeksi dengan parallel horizontal dan meridian vertical sering digolongkan dalam proyeksi silinder ini.
c.       Proyeksi Kerucut
Didapat dengan memproyeksikan globe pada kerucut yang menyinggung atau memotong globe, kemudian dibuka. Membentangnya proyeksi ini ditentukan oleh sudut puncaknya. Tiap proyeksi kerucut yang normal mempunyai parallel yang melingkar dan meridian berupa garis lurus yang radian. Terutama baik untuk daerah-daerah yang terletak dilintang tengahan.
·         Memilih Proyeksi
Yang kita persoalkan dalam proyeksi ini adalah menggambarkan permukaan bumi dengan suatu cara yang mempunyai kesalahan yang sekecil-kecilnya. Seperti telah diterangkan didepan, kesalahan dari tiap proyeksi itu pasti ada, kesalahan ini dapat berupa kesalahan bentuk, luas maupun jaraknya.
Ada juga proyeksi yang dapat mempertahankan kebenaran salah satu segi, meskipun dengan akibat kesalahan pada segi lain diperbesar. Oleh karena itu kita dapat memilih salah satu proyeksi yang kita anggap sesuai dengan tujuan.
Untuk itu kita perlu diperhatikan dalam memilih proyeksi peta yaitu mengetahui :
1.      Maksud pemetaan
2.      Besar atau luasnya daerah
3.      Bentuk daerah
4.      Letak daerah
5.      Mudah penggambarannya
Untuk menggambarkan peta diagram yang sederhana lebih baik digunakan proyeksi peta dengan parallel dan meridian yang lurus (horizontal dan vertical), karena :
-          Lettering tidak perlu membengkok
-          Parallel dan meridian dapat dihapuskan, hanya dipinggirnya saja diberi angka pembagian derajat.
Untuk peta yang menunjukkan hubungan antar jumlah dan penyebaran sesuatu dengan luas daerah, lebih baik kita gunakan proyeksi equill area. Ini misalnya saja peta rapat penduduk, hasil bumi, peta iklim dan sebagainya.
Besar atau luas suatu daerah juga mempengaruhi pemilihan proyeksi peta ini. Untuk daerah yang sempit, banyak proyeksi yang dapat digunakan, karena penggambarannya yang tak akan banyak kesalahan. Untuk peta yang skala dunia biasanya digunakan proyeksi konvesional.
Bentuk daerah yang membujur misalnya (arah timur barat sebaiknya digunakan proyeksi yang kesalahannya terutama ke arah utara selatan. Misalnya proyeksi silinder, kerucut. Untuk daerah yang membujur dengan arah utara selatan maka digunakan proyeksi peta dengan kesalahannya terutama ke arah timur dan barat. Misalnya proyeksi sinusoidal.
Letak daerah yang dipetakan juga menjadi salah satu pertimbangan untuk memilih proyeksi peta yang digunakan. Pada garis besaranya dapat dikatakan bahwa :
-          Proyeksi silinder sesuai untuk daerah equator.
-          Proyeksi kerucut sesuai untuk daerah lintang tengah.
-          Proyeksi azimunthal sesuai untuk daerah kutub. Tapi karena berpusat, maka sering digunakan.

IV.             INTRUKSI
1.      Pilihlah salah satu sistem proyeksi. Pemilihan bidang proyeksi dan segi kinstruksi ditetapkan oleh pembimbing.
2.      Kedudukan sumbu simetri yang digunakan pada praktikum ini adalah kedudukan “normal”.
3.      Untuk mengetahui distorsi jarak, dapat diketahui dengan menghitung jarak dua titik di globe dan bandingkan dengan jarak dua titik yang sama di peta, distorsi arah, bentuk, dan luas pada prinsipnya sama dengan pengukuran distorsi jarak. Pengukuran besarnya distorsi yang harus diukur, ditentukan pada tiga lokasi, yaitu : lintang rendah, lintang sedang dan lintang tinggi.
4.      Prinsip pembuatan jaring-jaring proyeksi normal dengan tiga macam bidang proyeksi yang digunakan dapat dilihat pada lampiran.



V.                HASIL PRAKTIKUM (Terlampir)


VI.             PEMBAHASAN
Proyeksi peta adalah memindahkan dari bidang lengkung ke bidang datar dengan meminimalisir kesalahan atau distorsi. Berdasarkan bidang proyeksinya, proyeksi terdiri atas; azimut, silinder, kerucut.
Azimut, merupakan proyeksi yang sering digunakan untuk memetakan daerah kutub, dibandingkan dengan proyeksi yang lain proyeksi ini memiliki distorsi yang kecil untuk memetakan daerah kutub.
Silinder merupakan proyeksi yang digunakan untuk memetakan daerah khatulistiwa, karena memiliki distorsi yang kecil untuk menggambarkan daerah sekitar khatulistiwa.
Kerucut merupakan proyeksi yang digunakan untuk memetakan daerah disekitar kutub, dengan proyeksi kerucut daerah sekitar kutub dapat dipetakan dengan nilai distorsi yang kecil.
Setiap proyeksi memiliki kekurangan, yaitu distorsi, distorsi dalam proyeksi meliputi luas, jarak dan panjang. Semakin kecil angka distorsi semakin akurat proyeksi tersebut.



VII.          KESIMPULAN
1.      Proyeksi adalah memindahkan dari bidang lengkung ke bidang datar.
2.      Berdasarkan bidang proyeksinya, proyeksi dibagi menjadi 3, yaitu; azimut, silinder, dan kerucut.
3.      Setiap proyeksi memiliki distorsi atau kesalahan dalam pemetaan.
4.      Distorsi yang terjadi antara lain ketidak sesuaian panjang, luas dan jarak pada hasil proyeksi dengan kenampakan di lapangan.


ACARA IV
REPRESENTASI RELIEF

I.                   TUJUAN
Memperkenalkan dan melatih praktikan menggambarkan bentuk relief dengan metode garis kontur dan menggambar kesan tiga dimensi dengan cara hill shading, layar shading, dan blok diagram.

II.                ALAT DAN BAHAN
1.      Peta sebaran titik pengukuran (guide map) yang akan dibuat garis kontur.
2.      Drawing pen
3.      Pensil warna
4.      Alat tulis

III.               DASAR TEORI
Relief adalah bertentangan fisikal, konfigurasi nyata dari permukaan bumi atau dalam arti bebas adalah perbedaan-perbedaan ketinggian dan kemiringan permukaan bumi. (Dictionary of Geography).
Untuk menggambarkan bentuk tiga dimensional dari relief ini ada beberapa macam. Dalam praktikum ini yang dipakai adalah dengan metode garis kontur. Ada dua cara yang diperfungsikan yaitu “hillshading”dan “layer shading” yaitu dengan arus iran dan dengan warna. Untuk itu perlu dipahami dulu mengenai garis kontur, baik cara pembuatannya maupun ketentuan-ketentuan yang lain.
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama, di atas atau dibawah suatu bidang reference (datum plane). Adapun beberapa sifat garis kontur yang perlu diketahui adalah :
-          Garis kontur yang rapat, lerengnya curam.
-          Garis kontur selalu bersifat horizontal.
-          Garis kontur selalu membelak-belok mengikuti bentuk lerengnya.
-          Garis kontur selalu tegak lurus terhadap aliran/ alur sungai.
-          Garis kontur selalu tertutup.
Untuk membaca ketinggian pada garis kontur tertentu terdapat angka indeks kontur, yaitu yang menunjukkan beberapa ketinggian garis kontur tersebut. Juga dengan indeks ini dapat diketahui beberapa kontur intervalnya (ci). Contur interval atau interval kontur adalah jarak vertikal pada tiap-tiap garis kontur, yang besarnya dibuat tetap pada peta.
Penentuan interval kontur tergantung pada :
4.      Pengukuran tinggi tempat
Untuk mendapatkan relief yang baik, diperlukan kontur rapat, sehingga memerlukan survai detail. Kalau pengukurannya tidak teliti sebaiknya ci dibuat besar.
Penggambaran garis kontur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (bila diketahui titik-titik ketinggiannya):
-          Interpolasi linier
-          Interpolasi grafis
Kedua cara tersebut di atas biasa disebut dengan logical conturing.
Berdasarkan garis kontur tersebut, konfigurasi relief lebih mudah dibaca, bila dibandingkan dengan metode yang lain. Namun demikian kadang-kadang penggambaran relief dengan garis kontur saja kesan tiga dimensional sulit digambarkan, sehingga timbul cara yaitu hill shading dan layer shading(hypsometric shading).
a.       Hill Shading
Adalah pemberian bayangan pada suatu gambaran relief untuk menciptakan suatu bentuk tiga dimensional pada metode garis kontur. Prinsip yang dipakai adalah dengan prinsip penyinaran. Biasanya penyinaran/ arah sinar datang dari arah barat laut, sehingga bayangan terjadi di sebelah tenggara.
b.      Layer Shading
Walaupun garis kontur memberikan informasi mengenai ketinggian dan kemiringan, namun metode ini tidak membantu pada pembaca dan kemiringan, namun metode ini tidak membantu pada pembaca peta tentang kesan yang menyeluruh (kesan relief) pada suatu peta. Untuk mengatasi masalah ini pada zone-zone ketinggian tertentu diberi warna dan hal ini akan memberikan kesan yang menyeluruh, sehingga relief secara keseluruhan diketahui dengan jelas.
Penggunaan skala warna pada metode ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kesan ketinggian dari rendah ke lebih tinggi.
Misalnya : daerah/ zone ketinggian 100-200 m : biru
            daerah/ zone ketinggian 200-300 m : hijau
Warna yang paling banyak digunakan untuk mencerminkan relief adalah dari warna hijau tua (dark green) untuk daerah yang lebih rendah, sampai ke warna hijau muda, kuning dan coklat untuk daerah yang lebih tinggi.   
                        Contoh (yang sering digunakan) :
                        2000 – 4000    : merah coklat (brown-red)
                        2000 – 4000    : coklat merah (red-brown)
                        1000 – 2000    : coklat (brown)
                        500 – 1000      : coklat muda (light- brown)
                        200 – 500        : kuning (yellow)
                        100 – 200        : hijau kuning (yellow-green)
                                    100      : hijau biru

IV.               LANGKAH KERJA
1.      Lihat guid map (peta sebaran titik-titik hasil pengukuran di lapangan)
Pada peta tersebut sudah tergambar sebagai garis kontur yang dapat digunakan sebagai pertolongan pembuatan garis kontur yang lain.
2.      Berdasarkan titik-titik ketinggian tersebut, gambarkan garis kontur
dengan cara Logical contour, dengan interval kontur (ci) = 25 meter.
3.      Kontur petunjuk (index contour) digambarkan dengan lebih tebal dan cantumkan angka konturnya.
4.      Apabila penggambaran kontur sudah saudara anggap benar, pindahkan pada kertas blad dan digandakan sebanyak tiga lembar.
5.      Khusus untuk lembar ketiga, kecil dua kali.
6. Pada lembar pertama : berdasarkan garis kontur, tonjolkan kesan tiga dimensi dengan cara hill shading.
7. Pada lembar kedua : berdasarkan garis kontur, tonjolkan kesan tiga dimensi dengan cara layer shading.
8. Pada lembar ketiga : berdasarkan garis kontur, tonjolkan kesan tiga dimensi dengan membuat blok diagram.


V.                     PEMBAHASAN
Garis kontur merupakan cara yang sering digunakan untuk menggambarkan ketinggian pada peta.Ada dua metode penggambaran kontur, yaitu hill shading dan layer shadding.
Metode layer shading memungkinkan untuk menggambar relief, karena metode ini lebih mudah untuk membedakan ketinggian suatu wilayah dengan wilayah yang lain, dikarenakan setiap ketinggian memiliki simbol warna yang berbeda. Dibandingkan hill shading metode ini lebih baik dan mudah difahami, metode hill shading menggunakan bayangan sebagai media untuk membedakan ketinggian suatu wilayah. Metode ini sulit difahami untuk penggambaran relief.
Pola garis kontur dapat menunjukan, apakah daerah tersebut sungai atau pegunungan, semakin rapat garis kontur menunjukan wilayah tersebut semakin terjal dan sebaliknya semakin jarang garis kontur wilayah yang tergambar akan semakin landai.














 

VI.                KESIMPULAN
1.        Garis kontur merupakan gambaran relief bumi.
2.        Setiap garis memiliki nilai ketinggian mesing-masing.
3.        Dua metode penggambaran garis kontur
·                 Metode hill shading
·                 Metode layer shading
4.        Metode layer shading metode yang menggunakan warna sebagai pembeda ketinggian.
5.        Metode hill shading metode yang menggunakan bayangan, untuk penggambaran relief.
6.        Semakin rapat garis kontur maka semakin terjal wilayah tersebut.
7.        Semakin renggang garis kontur wilayah semakin landai.

 





 


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar