ACARA
III
PROYEKSI
PETA DAN PENGUKURAN DISTORSI
I.
TUJUAN
Memberikan
keterampilan kepada praktikan agar dapat menggambarkan konstruksi proyeksi
silinder, kerucut dan azimuth.
II.
ALAT
DAN BAHAN
1. Globe
2. Milimeter blok
3. Jangka
4. Busur
5. Alat tulis
III.
DASAR TEORI
Untuk
memindahkan bidang lengkung ke bidang datar tidak mungkin dilakukan tanpa
kesalahan. Berdasarkan hal ini maka dicari cara-cara untuk memindahkan bidang
lengkung tersebut ke bidang datar dengan kesalahan yang sekecil-kecilnya.
Cara-cara inilah yang disebut dengan proyeksi peta.
Menurut
Erwin Raisz, proyeksi peta adalah sistimpararel dan meridian untuk
menggambarkan peta. Sedangkan menurut Steers, proyeksi peta adalah cara
menggambarkan garis-garis pararel dan meridian dari globe ke kertas datar.
Walaupun sangat sukar untuk membuat peta yang tepat dari bagian bola dunia,
tetapi bukan berarti sukar untuk menentukan kualitas dari proyeksi yang
digunakan
Kualitas dari
proyeksi tergantung pada
Luas
daerahnya
-
Bentuk daerahnya
-
Skala yang digunakan
-
Hubungan satu dengan yang
lain
-
Mudahnya menggambarkan
Proyeksi
peta dapat digolongkan menjadi beberapa dasar yaitu :
1. Berdasarkan
garis karakteristik, dibedakan adanya 3 macam proyeksi yaitu :
a. Proyeksi
normal, dimana garis karakteristik berimpit dengan sumbu bumi.
b. Proyeksi
transversal, garis karakteristik tegak lurus pada sumbu bumi.
c. Proyeksi
oblique, (miring), garis karakteristik membentuk sudut lancip dengan sumbu
bumi.
2. Berdasarkan
kesalahannya
Dengan mengabaikan
unsur-unsur lainnya kita dapat mempertahankan kebenaran dari salah satu segi,
dalam hal ini dibedakan :
a. Proyeksi
equivalent, luasnya tetap benar, artinya luas bagian-bagian dari peta itu sama
dengan luas bagian-bagian tersebut pada globe dengan skala yang sama.
b. Proyeksi
equidistant, proyeksi yang jaraknya tetap, artinya pada jarak dengan arah
tertentu pada peta sama dengan jarak itu pada globe dengan skala yang sama.
c. Proyeksi
conform, proyeksi yang bentuknya tetap artinya bentuk pada peta sama dengan
bentuknya di globe dengan skala yang sama. Tetapi harus diingat bahwa bentuk
yang tetap ini hanya mungkin untuk luas yang terbatas saja. Syarat-syaratnya
ialah :
-
Paralel dan meridian
saling tegak lurus.
-
Skala ke segala arah pada
setiap titik harus sama, tetapi skala dari titik yang satu ke titik yang lain
boleh berbeda.
-
Perbandingan unsur
parallel dan meridian tetap.
3. Berdasarkan
konstruksinya
a. Proyeksi
perspektif, proyeksi yang kontruksinya memang bersifat mathematis, jadi sama
dengan proyeksi dalam artian umumnya.
b. Proyeksi
non perspektif, adalah proyeksi yang tidak bersifat perspektif tetapi
menggunakan modifikasi dari proyeksi perspektif. Ini biasanya dibuat untuk
praktisnya saja.
4. Berdasarkan
bidang proyeksi
a. Proyeksi
Zenithal atau Azimuthal
Bidang
proyeksi berupa bidang datar yang menyinggung bola pada kutub, equator atau
disembarang tempat.
b. Proyeksi
Silinder
Pada
proyeksi ini semua parallel merupakan garis lurus horizontal dan semua meridian
berupa garis lurus vertical. Karena itu semua proyeksi-proyeksi dengan parallel
horizontal dan meridian vertical sering digolongkan dalam proyeksi silinder
ini.
c. Proyeksi
Kerucut
Didapat
dengan memproyeksikan globe pada kerucut yang menyinggung atau memotong globe,
kemudian dibuka. Membentangnya proyeksi ini ditentukan oleh sudut puncaknya. Tiap
proyeksi kerucut yang normal mempunyai parallel yang melingkar dan meridian
berupa garis lurus yang radian. Terutama baik untuk daerah-daerah yang terletak
dilintang tengahan.
·
Memilih
Proyeksi
Yang
kita persoalkan dalam proyeksi ini adalah menggambarkan permukaan bumi dengan
suatu cara yang mempunyai kesalahan yang sekecil-kecilnya. Seperti telah
diterangkan didepan, kesalahan dari tiap proyeksi itu pasti ada, kesalahan ini
dapat berupa kesalahan bentuk, luas maupun jaraknya.
Ada juga proyeksi yang dapat
mempertahankan kebenaran salah satu segi, meskipun dengan akibat kesalahan pada
segi lain diperbesar. Oleh karena itu kita dapat memilih salah satu proyeksi
yang kita anggap sesuai dengan tujuan.
Untuk itu kita perlu diperhatikan dalam
memilih proyeksi peta yaitu mengetahui :
1. Maksud
pemetaan
2. Besar
atau luasnya daerah
3. Bentuk
daerah
4. Letak
daerah
5. Mudah
penggambarannya
Untuk menggambarkan peta diagram yang
sederhana lebih baik digunakan proyeksi peta dengan parallel dan meridian yang
lurus (horizontal dan vertical), karena :
-
Lettering tidak perlu
membengkok
-
Parallel dan meridian
dapat dihapuskan, hanya dipinggirnya saja diberi angka pembagian derajat.
Untuk
peta yang menunjukkan hubungan antar jumlah dan penyebaran sesuatu dengan luas
daerah, lebih baik kita gunakan proyeksi equill area. Ini misalnya saja peta
rapat penduduk, hasil bumi, peta iklim dan sebagainya.
Besar
atau luas suatu daerah juga mempengaruhi pemilihan proyeksi peta ini. Untuk
daerah yang sempit, banyak proyeksi yang dapat digunakan, karena
penggambarannya yang tak akan banyak kesalahan. Untuk peta yang skala dunia
biasanya digunakan proyeksi konvesional.
Bentuk
daerah yang membujur misalnya (arah timur barat sebaiknya digunakan proyeksi
yang kesalahannya terutama ke arah utara selatan. Misalnya proyeksi silinder,
kerucut. Untuk daerah yang membujur dengan arah utara selatan maka digunakan
proyeksi peta dengan kesalahannya terutama ke arah timur dan barat. Misalnya
proyeksi sinusoidal.
Letak
daerah yang dipetakan juga menjadi salah satu pertimbangan untuk memilih
proyeksi peta yang digunakan. Pada garis besaranya dapat dikatakan bahwa :
-
Proyeksi silinder sesuai
untuk daerah equator.
-
Proyeksi kerucut sesuai
untuk daerah lintang tengah.
-
Proyeksi azimunthal
sesuai untuk daerah kutub. Tapi karena berpusat, maka sering digunakan.
IV.
INTRUKSI
1. Pilihlah
salah satu sistem proyeksi. Pemilihan bidang proyeksi dan segi kinstruksi
ditetapkan oleh pembimbing.
2. Kedudukan
sumbu simetri yang digunakan pada praktikum ini adalah kedudukan “normal”.
3. Untuk
mengetahui distorsi jarak, dapat diketahui dengan menghitung jarak dua titik di
globe dan bandingkan dengan jarak dua titik yang sama di peta, distorsi arah,
bentuk, dan luas pada prinsipnya sama dengan pengukuran distorsi jarak.
Pengukuran besarnya distorsi yang harus diukur, ditentukan pada tiga lokasi,
yaitu : lintang rendah, lintang sedang dan lintang tinggi.
4. Prinsip
pembuatan jaring-jaring proyeksi normal dengan tiga macam bidang proyeksi yang
digunakan dapat dilihat pada lampiran.
V.
HASIL
PRAKTIKUM (Terlampir)
VI.
PEMBAHASAN
Proyeksi peta adalah memindahkan dari bidang lengkung ke bidang datar
dengan meminimalisir kesalahan atau distorsi. Berdasarkan bidang proyeksinya,
proyeksi terdiri atas; azimut, silinder, kerucut.
Azimut, merupakan proyeksi yang sering digunakan untuk memetakan daerah
kutub, dibandingkan dengan proyeksi yang lain proyeksi ini memiliki distorsi
yang kecil untuk memetakan daerah kutub.
Silinder
merupakan proyeksi yang digunakan untuk memetakan daerah khatulistiwa, karena
memiliki distorsi yang kecil untuk menggambarkan daerah sekitar khatulistiwa.
Kerucut merupakan proyeksi yang digunakan untuk memetakan daerah disekitar
kutub, dengan proyeksi kerucut daerah sekitar kutub dapat dipetakan dengan
nilai distorsi yang kecil.
Setiap proyeksi memiliki kekurangan, yaitu distorsi, distorsi dalam
proyeksi meliputi luas, jarak dan panjang. Semakin kecil angka distorsi semakin
akurat proyeksi tersebut.
VII.
KESIMPULAN
1. Proyeksi adalah memindahkan dari bidang lengkung ke
bidang datar.
2. Berdasarkan bidang proyeksinya, proyeksi dibagi menjadi
3, yaitu; azimut, silinder, dan kerucut.
3. Setiap proyeksi memiliki distorsi atau kesalahan dalam
pemetaan.
4. Distorsi yang terjadi antara lain ketidak sesuaian
panjang, luas dan jarak pada hasil proyeksi dengan kenampakan di lapangan.
ACARA
IV
REPRESENTASI
RELIEF
I.
TUJUAN
Memperkenalkan
dan melatih praktikan menggambarkan bentuk relief dengan metode garis kontur
dan menggambar kesan tiga dimensi dengan cara hill shading, layar shading, dan
blok diagram.
II.
ALAT
DAN BAHAN
1. Peta
sebaran titik pengukuran (guide map)
yang akan dibuat garis kontur.
2. Drawing
pen
3. Pensil
warna
4. Alat
tulis
III.
DASAR TEORI
Relief
adalah bertentangan fisikal, konfigurasi nyata dari permukaan bumi atau dalam
arti bebas adalah perbedaan-perbedaan ketinggian dan kemiringan permukaan bumi.
(Dictionary of Geography).
Untuk
menggambarkan bentuk tiga dimensional dari relief ini ada beberapa macam. Dalam
praktikum ini yang dipakai adalah dengan metode garis kontur. Ada dua cara yang
diperfungsikan yaitu “hillshading”dan
“layer shading” yaitu dengan arus
iran dan dengan warna. Untuk itu perlu dipahami dulu mengenai garis kontur,
baik cara pembuatannya maupun ketentuan-ketentuan yang lain.
Garis
kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian
sama, di atas atau dibawah suatu bidang reference (datum plane). Adapun
beberapa sifat garis kontur yang perlu diketahui adalah :
-
Garis kontur yang rapat,
lerengnya curam.
-
Garis kontur selalu
bersifat horizontal.
-
Garis kontur selalu
membelak-belok mengikuti bentuk lerengnya.
-
Garis kontur selalu tegak
lurus terhadap aliran/ alur sungai.
-
Garis kontur selalu
tertutup.
Untuk
membaca ketinggian pada garis kontur tertentu terdapat angka indeks kontur,
yaitu yang menunjukkan beberapa ketinggian garis kontur tersebut. Juga dengan
indeks ini dapat diketahui beberapa kontur intervalnya (ci). Contur interval
atau interval kontur adalah jarak vertikal pada tiap-tiap garis kontur, yang
besarnya dibuat tetap pada peta.
Penentuan interval kontur
tergantung pada :
4. Pengukuran
tinggi tempat
Untuk
mendapatkan relief yang baik, diperlukan kontur rapat, sehingga memerlukan
survai detail. Kalau pengukurannya tidak teliti sebaiknya ci dibuat besar.
Penggambaran
garis kontur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (bila diketahui titik-titik
ketinggiannya):
-
Interpolasi linier
-
Interpolasi grafis
Kedua cara tersebut di atas biasa disebut
dengan logical conturing.
Berdasarkan garis kontur
tersebut, konfigurasi relief lebih mudah dibaca, bila dibandingkan dengan
metode yang lain. Namun demikian kadang-kadang penggambaran relief dengan garis
kontur saja kesan tiga dimensional sulit digambarkan, sehingga timbul cara
yaitu hill shading dan layer shading(hypsometric shading).
a. Hill
Shading
Adalah
pemberian bayangan pada suatu gambaran relief untuk menciptakan suatu bentuk
tiga dimensional pada metode garis kontur. Prinsip yang dipakai adalah dengan
prinsip penyinaran. Biasanya penyinaran/ arah sinar datang dari arah barat
laut, sehingga bayangan terjadi di sebelah tenggara.
b. Layer
Shading
Walaupun
garis kontur memberikan informasi mengenai ketinggian dan kemiringan, namun
metode ini tidak membantu pada pembaca dan kemiringan, namun metode ini tidak
membantu pada pembaca peta tentang kesan yang menyeluruh (kesan relief) pada
suatu peta. Untuk mengatasi masalah ini pada zone-zone ketinggian tertentu
diberi warna dan hal ini akan memberikan kesan yang menyeluruh, sehingga relief
secara keseluruhan diketahui dengan jelas.
Penggunaan
skala warna pada metode ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
kesan ketinggian dari rendah ke lebih tinggi.
Misalnya : daerah/ zone ketinggian 100-200
m : biru
daerah/
zone ketinggian 200-300 m : hijau
Warna yang paling banyak digunakan untuk
mencerminkan relief adalah dari warna hijau tua (dark green) untuk daerah yang lebih rendah, sampai ke warna hijau
muda, kuning dan coklat untuk daerah yang lebih tinggi.
Contoh
(yang sering digunakan) :
2000
– 4000 : merah coklat (brown-red)
2000
– 4000 : coklat merah (red-brown)
1000
– 2000 : coklat (brown)
500
– 1000 : coklat muda (light- brown)
200
– 500 : kuning (yellow)
100
– 200 : hijau kuning (yellow-green)
100 : hijau biru
IV.
LANGKAH KERJA
1. Lihat
guid map (peta sebaran titik-titik
hasil pengukuran di lapangan)
Pada peta tersebut sudah
tergambar sebagai garis kontur yang dapat digunakan sebagai pertolongan
pembuatan garis kontur yang lain.
2. Berdasarkan
titik-titik ketinggian tersebut, gambarkan garis kontur
dengan cara Logical contour, dengan interval kontur
(ci) = 25 meter.
3. Kontur
petunjuk (index contour) digambarkan
dengan lebih tebal dan cantumkan angka konturnya.
4. Apabila
penggambaran kontur sudah saudara anggap benar, pindahkan pada kertas blad dan
digandakan sebanyak tiga lembar.
5. Khusus
untuk lembar ketiga, kecil dua kali.
6.
Pada lembar pertama : berdasarkan garis kontur, tonjolkan kesan tiga dimensi
dengan cara hill shading.
7.
Pada lembar kedua : berdasarkan garis kontur, tonjolkan kesan tiga dimensi
dengan cara layer shading.
8.
Pada lembar ketiga : berdasarkan garis kontur, tonjolkan kesan tiga dimensi
dengan membuat blok diagram.
V.
PEMBAHASAN
Garis kontur merupakan
cara yang sering digunakan untuk menggambarkan ketinggian pada peta.Ada dua
metode penggambaran kontur, yaitu hill shading dan layer shadding.
Metode layer shading
memungkinkan untuk menggambar relief, karena metode ini lebih mudah untuk
membedakan ketinggian suatu wilayah dengan wilayah yang lain, dikarenakan
setiap ketinggian memiliki simbol warna yang berbeda. Dibandingkan hill shading metode ini lebih baik dan
mudah difahami, metode hill shading menggunakan bayangan sebagai media untuk
membedakan ketinggian suatu wilayah. Metode ini sulit difahami untuk
penggambaran relief.
Pola garis kontur dapat menunjukan, apakah
daerah tersebut sungai atau pegunungan, semakin rapat garis kontur menunjukan
wilayah tersebut semakin terjal dan sebaliknya semakin jarang garis kontur
wilayah yang tergambar akan semakin landai.
VI.
KESIMPULAN
1.
Garis
kontur merupakan gambaran relief bumi.
2.
Setiap
garis memiliki nilai ketinggian mesing-masing.
3.
Dua
metode penggambaran garis kontur
·
Metode
hill shading
·
Metode
layer shading
4.
Metode
layer shading metode yang menggunakan warna sebagai pembeda ketinggian.
5.
Metode
hill shading metode yang menggunakan bayangan, untuk penggambaran relief.
6.
Semakin
rapat garis kontur maka semakin terjal wilayah tersebut.
7.
Semakin
renggang garis kontur wilayah semakin landai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar